Transformasi Digital Industri Migas Telah Dimulai! Siapkah Anda?
Perkembangan zaman selalu menuntut perubahan, tidak terkecuali pada dunia bisnis. Sejarah telah memperlihatkan bagaimana iklim industri terus berubah, dari yang dulu dilakukan secara tradisional hingga di era modern seperti saat ini. Perkembangan teknologi digital yang sangat maju mendorong setiap sektor industri, termasuk sektor migas untuk mulai melakukan transformasi digital. Hal tersebut dilakukan demi tetap kompetitif dan survive di tengah persaingan usaha yang semakin ketat serta iklim ekonomi yang tidak stabil karena pandemi beberapa tahun belakang.
Permasalahan Sektor Migas Indonesia
Dilansir dari mediaindonesia.com, produksi minyak Indonesia terus mengalami penurunan. Berdasarkan data pada Juni 2020, produksi minyak nasional hanya ada di angka 720 ribu bopd, sedangkan produksi gas sebanyak 6.830 juta standar kaki kubik per hari. Angka ini hanya separuh dari produksi migas pada tahun 1977. Disaat yang bersamaan, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa nilai impor januari mencapai US$13,3 miliar atau 6,5% year on year.
Menurunnya produksi minyak nasional disebabkan karena sebagian besar minyak diproduksi dari tambang tua yang sudah digali sejak tahun 1970-an. Selain itu, eksplorasi penemuan sumber minyak baru masih belum teroptimalkan. Kalaupun ada, masih belum dapat dioptimalkan dalam proses penggaliannya. Dengan kondisi tersebut, dibutuhkan teknologi yang dapat meningkatkan efektifitas eksplorasi sumber minyak serta dapat mengoptimalkan lahan minyak yang sudah ada.
Transformasi Digital, Solusi Meningkatkan Kinerja Industri Migas Indonesia
Sumur kering (dry hole) atau tidak ditemukannya cadangan hidrokarbon menjadi salah satu permasalahan dalam industri migas. Untuk menghindari terjadinya dry hole, riset dan pengelolaan data merupakan hal yang sangat penting. Dengan pengelolaan data yang baik, analisa dan pengambilan keputusan strategis dapat dilakukan dengan lebih akurat.
Pada era digital seperti saat ini, transformasi digital dapat menjadi solusi pengelolaan data yang efektif dan efisien. Penggunaan teknologi digital, seperti Document Management System (DMS) dapat menawarkan akurasi, kualitas dan kecepatan pemrosesan data. Bahkan data-data yang diinput dapat ditampilkan dalam bentuk tiga dimensi sehingga mempermudah pengambilan keputusan dari perspektif yang lebih lengkap. Tidak hanya menghindari terjadinya dry hole, kecepatan pemrosesan data yang integral juga akan meningkatkan keberhasilan kegiatan pengeboran eksplorasi.
Transformasi Digital Industri Migas di Indonesia
Seperti yang dilansir dari antaranews.com, Heri Margono, Tenaga Ahli SKK Migas menuturkan bahwa sejatinya Indonesia sudah mulai melakukan transformasi digital pada berbagai aspek operasional di lingkungan eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi sejak tahun 2010. Hal ini dilakukan guna mencapai target produksi 1 juta barel dan gas 12 BSCF pada tahun 2030 nanti.
Transformasi digital sektor industri migas merupakan bagian dari strategi Indonesia Oil dan Gas (IOG) 4.0 yang sedang digagas. Digitalisasi industri migas memungkinkan seluruh operasional utama migas diintegrasikan dan dipantau melalui sistem terpusat (IOC). berbagai aktivitas pertambangan yang meliputi pengeboran, monitoring pengapalan, lifting, inventory hingga operasional produksi. Penerapan digitalisasi juga berlaku pada sistem perizinan dan pengadaan barang serta jasa melalui kebijakan pelayanan satu pintu (ODS) dan Centralized Integrated Vendor Database (CVID).
Penerapan transformasi digital pada sektor industri migas di Indonesia sangat penting, khususnya pada industri hulu migas Indonesia. Hal ini dikarenakan banyaknya lokasi eksplorasi dan produksi migas yang berada di wilayah-wilayah terpencil. Hal tersebut mengakibatkan pemborosan waktu dan biaya yang sangat besar jika proses eksplorasi tidak dilakukan dengan efisien.
Digitalisasi industri migas akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam operasional industri migas tersebut. Terlebih lagi berdasarkan paparan dari antaranews.com, saat ini hanya ada 20 cekungan yang beroperasi dari total 128 cekungan yang tersedia. Belum optimalnya eksplorasi 68 cekungan yang tersedia harus segera dikejar dengan percepatan yang dihasilkan melalui transformasi digital.
Penerapan teknologi digital seperti DMS PrimaDoc dapat menjadi salah satu alternatif untuk memberikan dampak yang signifikan pada pengelolaan perusahaan migas. DMS PrimaDoc memungkinkan data dan dokumen perusahaan untuk disimpan dan diolah secara digital, dan memudahkan akses maupun pengiriman. Hal tersebut akan mendukung koordinasi yang lebih cepat dan efektif antar divisi, tanpa terkendala oleh aspek jarak.
Segera rencanakan transformasi digital perusahaan Anda dan hubungi tim marketing PrimaDoc untuk informasi selengkapnya! (Septiani)