Inilah Sebab Perusahaan Mulai Banyak Menerapkan Sistem Kerja Remot

Pandemi Covid-19 yang mulai merebak di Indonesia pada awal tahun 2020 telah membawa perubahan besar pada bagaimana masyarakat beraktivitas. Salah satu perubahan yang sangat terasa adalah bagaimana aktivitas perkantoran berlangsung selama pandemi. Untuk menekan tingkat penularan, pemerintah melakukan pembatasan interaksi fisik pada sebagian besar sektor industri. Hal ini memaksa perusahaan-perusahaan untuk menerapkan sistem kerja remot, atau biasa disebut Work From Home (WFH).

Fenomena tersebut memaksa setiap perusahaan untuk melakukan digitalisasi pada bisnis mereka. Berbagai teknologi digital mulai dimanfaatkan untuk menunjang kelancaran karyawan dalam melakukan pekerjaan mereka di rumah, mulai dari meeting secara online, penyimpanan dokumen berbasis online, absensi online, pelaporan online, dan sebagainya.

Seiring dengan tren penurunan kasus positif yang terjadi di Indonesia, pemerintah telah mencabut kebijakan pembatasan aktivitas. Berbagai perusahaan yang awalnya menerapkan sistem kerja remot kini berangsur-angsur mulai menjalankan aktivitas seperti biasanya di kantor. Akan tetapi, apakah sistem kerja remot lantas langsung ditinggalkan?

Tren Sistem Kerja Remot Paska Pandemi

Meskipun belum tuntas secara keseluruhan, meredanya pandemi telah membuat perusahaan dapat beroperasional secara normal. Perusahaan yang sebelumnya mewajibkan sistem kerja remot, kini mulai memberlakukan sistem kerja di kantor seperti biasanya. Tetapi faktanya, karyawan yang sebelumnya menjalani sistem WFH sebagian besar merasa lebih nyaman untuk melanjutkannya.

Sistem Kerja Remot

Dilansir dari fingerspot.com, sebuah survei yang dilakukan oleh EY ASEAN dalam tajuk “Work Reimagined Employee Survey” pada Juli 2021  dengan lebih dari 16.000 responden di 16 negara yang mayoritas responden dari Asia Tenggara (Singapura, Malaysia, Filipina, Indonesia), menemukan fakta bahwa 32% pekerja memilih untuk tetap bekerja secara remot setelah pandemi, 29% memilih WFH penuh waktu, dan 29% lainnya memilih sistem kerja hybrid, yaitu kombinasi antara WFH dan Work From Office (WFO).

Respon positif terhadap sistem kerja remot juga ditunjukan oleh pihak perusahaan, salah satunya adalah Twitter. CEO Twitter, Jack Dorsey dalam email kepada karyawannya mengatakan bahwa mereka diperbolehkan untuk WFH permanen bahkan setelah pandemi Covid-19 berakhir jika mereka menginginkannya. Akan tetapi, jika nantinya mereka harus ke kantor, mereka tetap boleh datang dengan menerapkan protokol-protokol yang sudah ditetapkan. Keputusan ini diambil berdasarkan pengalaman bahwa mereka tetap dapat bekerja efektif walaupun bekerja dari rumah.

Hal tersebut memang dapat dengan mudah dipahami. Karyawan dapat bekerja dengan fleksibel dan dekat dengan keluarga. Tidak perlu lagi menghabiskan waktu untuk terjebak macet pada jam berangkat dan pulang kerja. Perusahaan pun dapat mengurangi biaya operasional dengan meminimalisir aktivitas di kantor, seperti biaya operasional untuk listrik dan berbagai fasilitas di kantor.

Melihat fakta tersebut, sistem kerja remot masih diminati dan akan terus berlangsung pada beberapa tahun mendatang. Kesempatan untuk dapat bekerja dari rumah tanpa mengurangi efektifitas dan kinerja karyawan menjadi alasan mengapa tren ini akan terus berlangsung, dan menjadi gambaran bagaimana sistem kerja di masa mendatang.

Bagaimana Meningkatkan Optimalisasi Sistem Kerja Remot

Dengan perkembangan teknologi digital yang semakin canggih, sistem kerja dari rumah bukan lagi menjadi masalah berarti. Kebutuhan pengelolaan arsip perusahaan dapat diatasi dengan penerapan aplikasi pengelolaan dokumen digital atau yang juga disebut Document Management System (DMS). Bahkan dengan penerapan DMS, integrasi data perusahaan akan terwujud. Arsip perusahaan menjadi dapat dengan mudah diakses, dicari dan dibagikan kapanpun dibutuhkan. Justru efisiensi pengelolaan arsip dapat tercipta sehingga akan meningkatkan produktivitas karyawan.

Meskipun perusahaan menerapkan sistem kerja remot, jajaran manajemen tetap dapat membagi tugas dan mengontrol pekerjaan mereka dengan dukungan aplikasi manajemen proyek atau tugas. Kebutuhan untuk saling berkomunikasi, koordinasi, mengadakan rapat, atau kontrol kerja karyawan untuk memastikan mereka tetap bekerja secara produktif juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan aplikasi conference call yang banyak tersedia.

Itulah sebabnya, aplikasi DMS seperti PrimaDoc semakin banyak diminati oleh berbagai perusahaan di beragam sektor. Aplikasi PrimaDoc memudahkan para karyawan untuk mengakses dokumen perusahaan, tanpa harus ke kantor untuk mencari-carinya di gudang arsip. Semua akses tersimpan secara digital dan dapat diakses dari rumah masing-masing karyawan melalui jaringan internet. Dengan demikian, pekerjaan karyawan akan tetap optimal karena dapat memanfaatkan berbagai data dari arsip-arsip yang diperlukannya. 

Bagi Anda yang tertarik untuk mengetahui lebih mendalam tentang cara kerja aplikasi DMS PrimaDoc, hubungi tim marketing PrimaDoc untuk berdiskusi lebih lanjut. 

Similar Posts