Siap atau Tidak, Inilah Tantangan Modernisasi Koperasi

Koperasi dulunya dikenal sebagai salah satu pilar perekonomian di Indonesia, sebagai badan usaha yang berperan sebagai produsen, distributor dan lembaga simpan-pinjam. Masyarakat banyak mengandalkan lembaga koperasi untuk memperoleh pendapatan dan pinjaman dana. Namun, seiring berubahnya zaman, lembaga ini dihadapkan dengan berbagai tantangan modernisasi koperasi. 

Pada era ketika minim teknologi transportasi pribadi dan komunikasi jarak jauh, masyarakat hanya memahami apa yang dekat dengan mereka. Termasuk salah satunya, koperasi sebagai lembaga yang lebih dekat untuk dijangkau dari rumah. Berbeda dengan kondisi saat ini, ketika sarana transportasi dan komunikasi telah dimiliki oleh berbagai kalangan, koperasi perlahan semakin tersingkirkan oleh alternatif yang lebih menarik. Tantangan modernisasi koperasi telah di depan mata dan itulah sebabnya kami mengulas secara khusus melalui artikel ini!

Bonus Demografi Indonesia

Diprediksi bahwa Indonesia akan mendapatkan bonus demografi pada tahun di antara tahun 2030 hingga 2040. Jumlah penduduk yang tergolong ke dalam usia produktif mencapai 64% dari total populasi. Dengan asumsi jumlah penduduk di Indonesia diperkirakan mencapai 297 juta orang. 

Fenomena tersebut dianggap sebagai sebuah kabar baik bagi Indonesia, sebagai peluang untuk mengembangkan lebih banyak sektor. Namun, di sisi lain, hal tersebut menjadi sebuah tantangan untuk mewujudkan modernisasi koperasi. Dengan asumsi bahwa pada tahun-tahun tersebut, Indonesia akan benar-benar didominasi oleh generasi milenial. 

Sebenarnya kondisi tidak akan terlalu mengancam jika koperasi dapat menjangkau milenial. Namun, faktanya sedikit generasi milenial yang mengetahui tentang koperasi. Sebagian dari mereka bahkan menganggap bahwa koperasi adalah hal yang kuno. Mereka cenderung tertarik pada alternatif yang lebih modern dan mudah untuk dijangkau, seperti berikut ini:

  1. Berdasarkan data statistik Fintech yang dilansir Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Maret 2020, menunjukkan bahwa milenial pada rentang usia 19-34 tahun terdaftar sebagai pengguna pinjaman online (pinjol) dengan total mencapai 70 persen. Data tersebut jelas menunjukkan bahwa generasi milenial sebenarnya memiliki kebutuhan terhadap lembaga pinjaman dana, namun mereka lebih banyak memilih alternatif pinjol yang praktis dan mudah dijangkau melalui aplikasi. 
  2. Topik pengelolaan finansial cukup sering dibahas oleh generasi milenial dan dapat ditemukan dengan mudah melalui berbagai platform. Bahkan cukup banyak yang dibuat menjadi semacam webinar atau kursus singkat tentang tips-tips menyimpan dan mengelola keuangan. Kebanyakan generasi milenial lebih tertarik dengan alternatif seperti deposito, investasi saham dan properti. Sangat jarang ditemukan konten yang menyarankan untuk menyimpan uang di koperasi. 

Dalam beberapa tahun mendatang, dominasi generasi milenial akan menjadi sebuah tantangan besar untuk modernisasi koperasi. Jika koperasi tetap bertahan pada sistem pengelolaan tradisional dan gagal untuk menarik minat generasi milenial, eksistensinya akan semakin tenggelam oleh perkembangan zaman. 

Adaptasi Teknologi Digital

Era digital bukan semata istilah belaka tapi benar-benar menjadi bagian dari aktivitas sehari-hari. Orang-orang semakin menyesuaikan diri dan mengubah kebiasaannya dalam memenuhi kebutuhan. Berbelanja melalui toko online, memesan makanan dengan aplikasi delivery hingga mengambil kredit atau pinjaman uang. Adaptasi teknologi digital menuntut semua orang untuk ikut serta ke dalamnya, tak terkecuali koperasi. 

Dalam proses modernisasi koperasi, penggunaan teknologi digital menjadi salah satu prinsip utama. Lembaga perlu menyesuaikan sistemnya dan mengintegrasikan setiap bagian melalui berbagai perangkat digital. Pengelolaan koperasi dijalankan dengan dukungan teknologi tersebut dan menghasilkan sistem yang lebih cepat dan praktis. 

Lembaga koperasi dapat mewujudkan modernisasi koperasi mulai dari sistem internal organisasi. Salah satu yang dapat diterapkan adalah digitalisasi arsip. Koperasi menggunakan sistem pengelolaan arsip berbasis digital yang memungkinkan anggota atau pengurus untuk:

  1. Menemukan dokumen dengan lebih mudah dan cepat melalui komputer
  2. Mengirimkan atau memindahkan dokumen lebih praktis dan hemat biaya
  3. Mengelompokkan dokumen dengan lebih mudah, termasuk mengelola baik dokumen aktif, tidak aktif dan dokumen yang dapat dimusnahkan

Modernisasi koperasi dengan digitalisasi arsip bukan hanya membuat sistem manajemen lembaga yang lebih mudah, tapi juga membuatnya lebih dilirik oleh generasi milenial. Terlebih lagi jika koperasi menerapkan sistem digitalisasi arsip yang terintegrasi dan dilengkapi dengan banyak fitur pendukung seperti PrimaDoc. Berbagai kecanggihan teknologi digital menyatu dalam satu platform dapat mewujudkan penyimpanan arsip yang lebih efektif dan aman. Segera hubungi tim marketing PrimaDoc dan wujudkan modernisasi koperasi dengan dukungan sistem digitalisasi arsip terbaik! (Pradana)

Similar Posts